Jujur saja, suhu udara di Baduy Dalam jauh lebih sejuk. Begitu tiba, gue dkk langsung dipersilahkan masuk ke rumah Ayah Naldi, tempat gue dkk akan menginap.
Seluruh rumah di sana tidak benar-benar menempel dengan tanah, jadi masih ada ruang antara lantai rumah dengan tanah. Untuk masuk ke dalam rumah, kita harus naik, anggaplah seperti menaiki satu anak tangga. Seluruh bagian rumah terbuat dari kayu, kecuali atapnya yang terbuat dari ijuk. Ketika masuk ke dalam rumahnya, gue dkk melihat ukuran ruangan yang sangat besar, hanya ada satu pembatas untuk satu kamar utama yang ditempati oleh Ayah Naldi sekeluarga. Lalu, ada juga dapur yang tidak dibatasi sekat apapun sehingga gue dkk bisa melihatnya dengan jelas. Selebihnya adalah ruangan besar (yang mungkin adalah ruang tamu bagi mereka), namun akhirnya dijadikan tempat tidur oleh kami semua.
Ketika masuk, gue dkk langsung mengambil tempat di mana kami akan tidur. Gue dkk juga langsung meletakan tas-tas di sana. Setelahnya, gue dkk langsung mencari sungai untuk bersih-bersih dan buang air tentunya. Saat itu sudah lewat maghrib, tidak ada lagi pencahayaan apapun, gue dkk juga sudah tidak berani menggunakan handphone mengingat itulah salah satu aturan di Baduy Dalam. Akhirnya dengan penuh kehati-hatian, gue dkk melakukan seluruh aktivitas di sungai tersebut.