" Indah sudah pergi.. " suara seorang wanita yang mengagetkan ku di pagi hari. Rasanya aku sangat kenal dengan suara itu.. Tapi aku sangat malas untuk berpikir. Biar sajalah... Aku ingin tidur lagi.
Ia melihat sebuah kamar dan mencobanya untuk masuk.
Hebat, kamar ini begitu hebat, sungguh besar dan pasti sangat membuat semua orang yang tinggal di dalamnya menjadi nyaman.
" Selamat pagi nona.. " sapa para pelayan yang mengenakan pakaian seragam merah jambu. Sungguh serasi dengan warna kamar ini. Siapa mereka ?? Aku jadi penasaran, tapi kenapa aku rasanya tidak bisa bertanya, suara ku sulit untuk keluar dari rongga leherku, sulit.. sungguh sulit.
" Kami adalah pelayanmu nona. Perkenalkan, nama saya Hilda.." sahut salah seorang diantaranya dengan senyum ramah.
" Yah.. benar, kami adalah pelayanmu. Nama saya adalah Patriece.." sahut yang satu lagi.
" Sedangkan nama saya adalah Indah.." sahut orang yang terakhir.
APA ?? Ia terkejut mendengarnya. Indah ?? Bukankah dia sudah pergi. Walaupun aku tidak tau alasannya kenapa, tapi aku tahu bahwa dia sudah benar-benar pergi dari rumah ku. Lalu kenapa dia masih ada disini ??
" Tenang nona, saya belum pergi, saya akan tetap setia pada nona, begitu juga dengan yang lainnya, akan selamanya setia pada nona." Jawab Indah.
Aneh, kenapa mereka bisa mendengar ucapan di dalam hatiku.
" Jangan bingung nona. Kami semua disini memang dapat mendengar suara hati nona. Karena alasan itulah, maka kami dipekerjakan disini." Sahut Patrice.
" Yah, kami memang adalah orang-orang yang bisa membaca suara hati nurani setiap orang dengan ilmu yang kami punya. Dan karena itulah, Tuan besar memperkerjakan kami. Hal ini agar nona tidak perlu repot-repot lagi berteriak-teriak untuk memanggil kami." Sahut Hilda meneruskan pembicaraan.
Benarkah ?? Sungguh hebat mereka. Apakah mereka adalah salah satu murid dari sekolah sihir dalam film Harry Potter ??
" Baiklah nona. Silahkan beristirahat. Kami akan siapkan makan siang. Sejak bangun tadi pagi, nona belum makan sama sekali. Permisi." Sahut Hilda.
Mereka pergi dengan kompak. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Ayah membayar orang-orang sehebat itu untuk melayani aku. Kamar ini sangat besar. Apakah ini hadiah yang Ayah rencanakan untuk ulang tahunku minggu depan. Hmm.. pantas, Ayah selalu kebingungan ketika aku bertanya tentang hadiah yang akan ia berikan untukku tahun ini. Ternyata hadiahnya sangat besar. Aku harus berterima kasih pada Ayah. Lebih baik aku mencarinya di luar. Aku yakin Ayah ada di luar.
Akhirnya ia menyusuri sebuah tangga mewah yang berlapis emas. Dengan karpet merah dibagian tengahnya. Langkahnya setapak demi setapak. Ia masih sangat ragu, ia terus melihat kearah karpet merah yang ia injak.